Obrolan di Warung Mama Irfan (8)

SIANG MAKAN NASI KALAU MALAM MINUM TOMI

Adalah rutinitas pagi menyapu halaman warung apabila malam tidak sempat. Namun yang disapu pagi ini bukan karena malamnya tidak sempat. Sampah yang disapu adalah sampah lain dari larut malam. Maksudnya tatkala warung Mama Irfan tutup jam 22.30 WIB atau 23.00 WIB, tidak otomatis anak-anak nongkrong membubarkan diri. Justru pasca mama Irfan tutup ternyata kaum muda penghobi mejeng meneruskan kongkou-kongkou mereka. Mereka bawa makanan dan minuman dari tempat lain. Lalu pestalah mereka disini. Anti klimaks-nya, sampahnya dibuat berserakan disekitar warung mama Irfan.

Tatkala membersihkan sampah yang sabak kakar kesana kemari, tiba-tiba mama Irfan disapa acil Isar: “Umai mama Irfan banyaknya sampah subuh pagi ini?”
“Iya itu Cil sampah kakanakan malam tadi. Limbah ulun tutup, sudah disapu bersih. Subuh ini justru lebih banyak dari pada sampah seharian kemarin. ”
“Tahambur sabak kemana-mana kulit kacang dan botol-botol.”
“Iya Cil. Ulun tidak ada menjual kacang bungkus gede segini. Apalagi minuman ini!”, ucap mama Irfan sambil menunjukkan botol minuman yang masih terbungkus kresek putih. “Mabuk anak-anak malam tadi di sini pas kita sudah tidur.”
“Iya pang kelihatannya. Tuh ada bekas muntah..., hih!”, ucap acil Isar seraya bergidik.
“Coba pian lihati botol ini Cil mereknya”, seru mama Irfan serasa menyibak plastik menunjukkan merek minuman, “Topi Miring, Cil ai.”
“Bujur ai. Ini ujar kakanakan Tomi itu. Sakit lingkungan kita diulah kakanakan wadah teler-teleran. Kita hintipi pang mama Irfan, kita laporkan ke RT.”
“Serba sulit, Cil ai. Bisa panjang urusannya. Kalo kita berurusan dengan aparat, alamat warung tutup. Macet usaha. Kita tambah repot.”
“Limbah pang kaya mana jalan keluarnya?”
“Entah am Cil. Yang pasti kanak-kanak yang mabok disini biasanya orang jauh. Buktinya dulu waktu ulun jual alkohol obat luka merek MOLEK, hampir setiap hari orang jauh membeli ke sini. Setelah ulun mendengar alkohol yang laris itu untuk diminum, berhenti ulun menjualnya. Yang membeli itu gak ada yang kita kenal.”
“Maksudnya apa mama Irfan?”
“Yang membeli kesini orang-orang jauh, dibawanya kemana-mana kah. Yang minum-minum kesini ya orang jauh jua, beli dari mana-mana kah.., mabuknya ke sini. Makanya saya tidak jual alkohol obat luka lagi sejak tiga tahunan sudah. Takut ulun ada apa-apa lalu dipadahi beli disini. Celaka kita padahal harganya cuma Rp. 2.000,-”
“Ya am susah kita ini dengan kekanakan. Coba dimana bubuhannya membeli Tomy ini. Tidak tahu kita dimana membelinya. Timbul kita menyapui sampahnya disini. Terlalu kekanakan Buntok ini”.
“Seandainya ulun masih resah jua..”, ujar mama Irfan kemudian, “bisa ai ulun pasangi kamera kaya ampun sarang walet. Tapi dimana untungnya jualan kecil kayak kita ini? Untung sehari-hari haja kecil, gimana harus membeli kamera walet...! Hah ai..!”
“Sabar ai dulu kita mama Irfan ai. Kita perhatikan perkembangannya. Amun kita sudah terganggu hanyar kita serang. Yang mabuk kita tangkapi. Bila ada yang teler hanyar kita antar ke Polisi. Kita pukuli.”.
“Coba duitnya dibelikan nasi, kenyang perut. Waras pikiran.”
“Tapi ah kekanakan kita, mama Irfan. Waras dia kalau berprinsip begitu. Tahu lah mama Irfan ujar bagiannya? Bernyanyi bagiannya: Pok ame ame belalang kupu kupu, Siang makan nasi kalau malam minum Tomy! Kada tahunya.., yang botol ini pang yang ngarannya Tomy. Satwa bangsat memabukkan. Tomy itu Topi Miring. Banyu kemih iblis. Najis.”
“Hah..! Disapui ai pagi-pagi dulu,  nyaman hilang kesan jelek warung ulun.”
“Sabar ai kita. Amun tetap kada jua baik kenanya, kita sikat aja..!”
“Tahu ah, Cil. Tidak faham ulun..!”

Yah, inilah resiko punya tempat yang biasa dipakai mejeng. Siang dipakai makan minum, malam dipakai minum-minum. Siang manusianya terlihat normal, malamnya malah jadi berubah  ......, tidak normal!

KKps, 26-11-2012

Komentar

Postingan Populer