Obrolan di Warung Mama Irfan (2)
BUNTUT SARAH
Oleh: Syamsuddin Rudiannoor |
Datang orang
kantoran membawa koran dan singgah ke warung Mama Irfan. Setelah membolak-balik
korannya, dia memesan minuman. Yang pasti hari masih belum tinggi, malah masih
terbilang pagi, namun sudah ada pegawai yang datang ke warung. Huh..., inilah
fakta tinggal di kota setingkat kampung di Buntok sini. Damai. Sakahandak ja..,
enjoy.
“Es extrajoss,
Bule!”, kata orang itu.
“Pakai susu
kah?”, ujar Mama Irfan yang dipaggil Bule.
“Pake, tapi
es-nya jangan banyak..!”
“Ya”, ujar bule
mama Irfan.
Irfan dan Mamanya menunggui warung di malam hari |
Seketika suasana
diam walau pun lalu-lalang orang dan kendaraan tiada henti-hentinya.
Tidak lama kemudian
datanglah kawanan nongkrong yang hampir setiap hari siang malam meramaikan warung mama
Irfan. Ada yang langsung mengambil kacang di toples di meja. Ada yang minta
rokok dan menyulutkannya. Malah ada yang langsung menyusun anak catur di papan
catur dan langsung bermain.
Tanpa banyak
membuang waktu si orang kantoran berkata: “Kapuas pemilihan Bupati tanggal 13
November 2012 .., Selasa minggu tadi. Ada lah sudah yang menang?”
“Hau.., maka
ikam yang bawa koran..., masa bertakun ke gua sih...?”
“Wei... gua kapala
ikam. Muha kayu.., emang gue fikirin! Incumben Mawardi kah yang menang..., Ben
Brahim – Muhajirin kah..., apa manafaatnya ke kita-kita..?”
“Wah wah wah
kawan, negeri tetangga, Wal. Kalau tetangga aman maka kita pun juga ikut senang
dan aman, to..! La ngono kan?”
“Kan!”, jawab kawannya
bernada menghina, “kantut.”
“Hei kawan. Mana
kita tahu soal Bupati Kapuas. Membahas Bupati Buntok aja kita payah..., apa
lagi merundingkan yang kita tidak tahu. Bupati urang?”
Anak nongkrong sedang ngobrol di warung bule mama Irfan |
Tanpa lama
berselang datang lagi PNS yang lain dan ikut nimbrung. Kata sang pendatang
baru: “Ujar kakakku terjadi demo besar-besaran di Pilkada Kapuas. Masing-masing
kubu dari cabup nomor 1 dan 3 meng-klaim saling menang! Tapi demo-nya bukan
hasil Pilkada, jar..?”
“Lalu demo
apa..., demo masak?”
“Demo Pilkada
jua...., tapi isu SARAH...?”
“Hah.. demo SARAH?
Kada salah kah? Setahuku SARA, lain SARAH?”
“Betul aja
SARA.., tapi di Kapuas SARAH..!”
“Apaan tu.., Sarah
Azhari kah..., Sarah Sechan... atau Sarah Ferguson?”
“Lain..! Yang
betul adalah SARAH...: Suku, Agama, Ras, Antar Golongan dan Isu Kedaerahan! Jadi
isu Sarah.”
“Nah..., ilmu
hanyar ni. Baru ini aku mendengar ada isu Sarah di Palkadal.”
“Itulah...,
makanya jangan kidu kampungan..! Tapi..., apa pulang Pilkadal tu maksud Kam?”
"Yaya ai..., Pilkadal adalah Pemilihan Kadal atau Pemilihan Kepala Daerah Langsung!"
“Kada penting
kidu apa kada. Kada jua Pilkadal kah atau Pemilu Kadal....! HA dari saraH itu tadi apa riil-nya...?”
“Ya itu ..., ribuan demonstran orang Dayak mendemo rekaman pidato dan ceramah bini ROSDI yang menghakimi para pemilih
musuh politik lakinya masuk Neraka”.
“Rosdi? Siapa
lagi Rosdi...?”
“Itu Bupati yang
incumben...., Mawardi!”
“Hau kenapa ikam
menyambat Mawardi dengan Rosdi...?”
“Nah ikam. Ini
sekedar mengalihkah bahasa. Mawar kan bahasa Inggrisnya ROSE. Jadi Kalau Mawardi
dalam bahasa Inggrisnya kan ROSE-DEE
alias Rosdi...!”
“Ohhh..., kaitu
lah. Boleh lah merubah nama orang lain dengan alias atau apa pun tanpa mengubah
akta kelahiran dan potong kambing akikah... atau restu yang punya nama?”
“Eh ikam ni. Ini
kan hanya sekedar daya tarik bahasa. Tidak ada sedikit pun maksud jelek. Pander
kita aja, lah..! Rahasia.”
“Lalu ada lah
daya tarik lainnya dari demo itu?”
“Jelas ai ada.
Isu Sarah tu pang. Karena nyonya KH-1-B dianggap menebarkan isu SARAH maka isu itu pun berbuntut panjang.”
“Lalu apa buntut
panjangnya si Sarah tadi?”
“Ya didemo orang
mirip Bank Rhoma Irama atau BRI di Pilkada DKI kasus JOKOWI-AHOK..!”
“Oooo..., itu
lah. Jadi Sarah ada berbuntut jua lah!”
“Makanya...
hati-hati. Bisa PANJUANGGGG buntut SARAH tadi..., bahayyyyya!”
“SARAH-Sarah.., gawat jua lah, bisa berbuntut....! Kukira tadi ada babinian yang berbuntut!”
“Hahai..., apa
lagi SARAH. Sarah ja situ. Prettt!”
“Mauk, ah.”
KKps, 20-11-2012
Komentar