IRING WITU, MENGENANG ANJANG ASMAWI
IRING WITU BUNTOK (1)
Iring Witu dalam
bahasa Dayak Dusun Witu Ma’ai dan Ma’anyan artinya Tepian Barito. Orang
Bakumpai menyebutnya Saran Barito. Istilah ini dipopulerkan sejak era Bupati
Drs. Asmawi Agani yang akrab dipanggil Anjang.
Istilah Iring
Witu dipakai untuk menyebutkan kawasan tepian sungai Barito yang menjadi sisi
Barat dari kota Buntok, ibukota kabupaten Barito Selatan. Sisi Barat Buntok ini
memang tepat di bibir sungai Barito sehingga secara otomatis istilah ini akrab
dan mudah. Dan saat ini istilah Iring Witu telah spesifik dipakai untuk
menyebutkan daerah bantaran antara Lapangan Tenis “Iring Witu” di Kelurahan
Hilir Sper sampai ke Pelabuhan “Gudang Garam” di Kelurahan Buntok Kota.
Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang yang dicetuskan mantan Bupati Barito Selatan Drs. H
Asmawi Agani almarhum, yang beliau maksudkan Iring Witu adalah seluruh kawasan
kota Buntok yang berada di pinggiran sungai Barito, ---- dari Jelapat – Kampung
Sper – Pasar Beringin – Pasar Lama – Tane Runtun ----, sehingga perumahan
penduduk yang ada harus dibebaskan, relokasi atau ganti rugi. Selanjutnya rencana
Anjang adalah menjadikan semua kawasan bebas bangunan tersebut sebagai jalur
hijau, pertamanan dan sempadan. Artinya, Bupati Asmawi sudah bermimpi
menjadikan Buntok sebagai kota wisata yang indah laksana Venezia (Italia):
jalan raya yang lebar, tepi sungai Barito yang menarik dan sempadannya asri
penuh taman-taman nan indah. Dengan begitu otomatis sungai Barito menjadi daya
tarik wisata yang bersih dan indah bagi kota Buntok.
Pada zamannya
dahulu ide Anjang ini disetujui oleh DPRD Kabupaten Barito Selatan dan telah
ada perencanaan yang matang. Namun karena Anjang kalah dalam Pemilihan Bupati
Barito Selatan untuk periode kedua maka rencana itu tidak terlaksana. Akhirnya
Iring Witu yang berhasil direalisasikan Anjang barulah sebatas Hilir Sper –
Asrama Polres Barsel – Pelabuhan Gudang Garam sehingga sebatas itulah Iring
Witu yang ada sampai sekarang.
Apakah masih ada
ide bagus seperti Anjang untuk menjadikan Buntok sebagai kota tepian yang
menarik, indah dan penuh daya tarik? Semuanya memang tergantung siapa KH 1 D
yang berkuasa karena sistem kepemimpinan yang ada di negeri ini ternyata sangat
tergantung kepada siapa pemegang tampuk kekuasaan. Mudahan-mudahan saja Buntok
bukan berarti Buntu dan Mentok, sebagaimana kota ini dikenali setelah
lengsernya Asmawi Agani dari kursi Bupati Barito Selatan.
Kuala Kapuas, 11
November 2012
Komentar