BARSEL PROMO BIMBANG



Pemerintah telah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sejak 18 November 2014. Akibatnya terjadi lagi "euforia" lain setelah pelantikan Presiden RI yang baru "Jokowi" yakni semangat ekonomi baru penyesuaian harga-harga.

Kalau selama kami berproduksi sejak Pebruari 2014, harga sayuran hutan sebagai bahan pokok rata-rata Rp 2 ribu per ikat dan bisa ditawar Rp 5 ribu untuk tiga ikat maka sekarang sudah naik menjadi Rp 5 ribu dua ikat. Dengan begitu uang Rp 10 ribu yang selama ini bisa mendapatkan 6 ikat maka sekarang hanya bisa 4 ikat saja. 

Produk kami juga sangat tergantung dengan minyak goreng kemasan, tepung, gula dan paking yang semuanya didatangkan dari Jawa. Dengan naiknya harga BBM maka biaya transportasi menjadi naik sehingga pengeluaran kami pun bertambah besar. 

Akibat harga beli bahan dasar yang naik, bahan dan bumbu juga naik, maka secara logika harga produk juga harus dinaikkan. Tapi apa mungkin dinaikkan untuk mengikuti ritme pasar jikalau suhu perekonomian masyarakat sedang sangat lesu seperti sekarang ini?

Inilah yang membuat kami bimbang. Artinya.., haruskah kami mengganti usaha kepada usaha lain yang lebih menguntungkan atau tetap bertahan "usaha oleh-oleh" dengan resiko ekonomi yang kurang mengenakkan..?


Komentar

Postingan Populer