BADEWA, Ritual Menyembuhkan Penyakit Suku Bakumpai
Surat Kabar Radar Banjar, edisi tanggal 30 Nopember 2004, http://www.radarbanjarmasin.com/berita/index.asp?Berita=Batola&id=46544, menurunkan tulisan "Badewa, Upacara Ritual Menyembuhkan Penyakit Suku Bakumpai". Berikut diturunkan tulisan tersebebut:
BADEWA,
adalah salah satu upacara ritual khas Suku Bakumpai yang merupakan sub suku Dayak Ngaju.
Upacara ini bertujuan untuk menyembuhkan orang sakit yang dalam bahasa
Banjar disebut Batatamba.
Upacara
Badewa tumbuh dan berkembang sebelum Islam memasuki Kabupaten Barito
Kuala. Berawal dari sebuah keluarga yang masih tergolong Suku Bakumpai,
mereka mempercayai serta meyakini kekuatan roh-roh Gaib.
Dengan
kesederhanaan hidup dan pengetahuan kesehatan yang masih
rendah, suatu ketika salah satu di antara keluarga terserang sakit. Sang
orang tua berupaya mencari ramuan tumbuh-tumbuhan yang digunakan
sebagai obat. Hal ini sudah menjadi
kelaziman yang dilakukan para leluhur mereka sebelumnya. Kendatipun
ramuan tumbuh-tumbuhan tersebut telah digunakan, namun keluarga yang
terserang sakit tak kunjung sembuh.
Akhirnya
mereka pasrah kepada Yang Maha Kuasa, yang ketika itu disebut para
Dewa. Dengan berbagai mantera, sang ayah memanggil roh-roh nenek moyang
mereka yang dianggap mempunyai kesaktian. Selain diminta datang sebagai
perantara penghubung dengan para Dewa, salah seorang anggota keluarga
yang sehat langsung kesurupan dimasuki roh gaib.
Kemudian keluarga
yang kesurupan mengambil daun sawang. Daun tersebut beberapa kali
diusapkan dan diurutkan ke sekujur tubuh si sakit. Setelah itu keluarlah
benda, baik berupa potongan kaca, paku, atau pasak ulin dari tubuh si
sakit.
Dengan segala keajaiban,
keluarga yang terserang sakit pun sembuh. Cerita kesembuhan tersebut
kemudian menyebar ke seluruh pelosok. Jadi, Badewa merupakan pegobatan
dengan memohon kepada para Dewa melalui roh nenek moyang yang diundang
melalui mantera-mantera tertentu.
Mulai
saat itulah, apabila ada keluarga yang sakit dan tidak dapat
disembuhkan dengan ramuan, upacara Badewa dilakukan sebagai alternatif
pengobatan sebagaimana lazimnya para penganut Animisme. Dalam melakukan
pemujaan terhadap para Dewa, mereka menyiapkan parapen dupa/kemenyan, minyak likat,
mayang pinang, beras kuning, kelapa tua, kelapa muda, banyu gula, serta
piduduk (beras, gula merah, telur ayam dan kelapa).
Untuk
mempercepat datangnya roh gaib, diperlukan sarana penunjang berupa
seperangkat gamelan. Upacara ini biasanya dilakukan oleh seorang dalang
atau pembaca mantera, satu orang Padewa atau orang yang akan kesurupan,
lima orang penabuh Gamelan dan dua orang cadangan untuk mengganti dalang
dan padewa.
Upacara Badewa dapat
dilangsungkan di mana saja baik tempat terbuka maupun tempat tertutup.
Namun belakangan budaya Upacara Badewa ini mulai sulit
ditemukan lagi.(gtm/humas batola)
Komentar