MAKAN NASI DENGAN LAUK BATMAN
Dulu sebelum dan pada era 1970-an, kebiasaan mengkonsumsi daging kelelawar besar atau kalong atau bangamat (Banjar) atau paing (Dayak Dusun / Maanyan) hanyalah kebiasaan segelintir suku Dayak di Kalimantan Tengah yang mendiami kawasan tertentu di Kabupaten Barito Selatan. Namun lambat laun perkembangan zaman telah membuat tradisi suku tertentu itu menyebar ke Palangka Raya dan daerah-daerah lain di Kalimantan Tengah.
Ciri khas adanya orang yang mengkonsumsi daging kalong di daerah tertentu ditandai dengan adanya Jawe atau Jaring Kalong yang di pasang di pohon-pohon di dalam hutan. Dengan demikian maka mencari kalong sebagai hewan konsumsi adalah dengan cara dijaring seperti menjaring ikan di sungai. Bedanya, jaring kalong dipasang di atas pohon tinggi dan mencari kalong umumnya dilakukan pada malam hari.
Kalau dulu kebiasaan memakan daging Paing hanyalah tradisi suku Dayak Maanyan dan Dusun di Barito Selatan dan Timur, ternyata kini daging kalong disukai juga oleh suku lain di Kalimantan Tengah. Apalagi tatkala memakan daging kalong dihubungkan dengan khasiat tertentu dalam pengobatan penyakit maka jadilah kalong sebagai suatu konsumsi yang lazim di Kalimantan Tengah.
Para pedagang kalong yang dulunya hanya ada di Buntok atau Tamiang Layang saja, kini sudah biasa dijajakan di pasar-pasar kota Palangka Raya. Malah ketika musim kalong tiba cukup banyak pedagang yang menjajakan kalong hidup di sekitar kantor Gubernur Kalimantan Tengah di Palangka Raya.
Daging Batman yang dulunya hanya terbatas dimasak menjadi sop atau sate, kini malah sudah berkembang menjadi bestek, kare, rica-rica, sambal goreng dan sebagainya. Ternyata makan Batman sudah menjadi hidangan yang relatif umum di Kalimantan Tengah.
Komentar