DAYAK BAKUMPAI: Mayang Digantung, Orang Halus Diundang


Salah satu tradisi upacara masyarakat Bakumpai yang terbilang langka, dilakukan lima atau sepuluh tahun sekali adalah Tuping Bawayang. Upacara ini melibatkan tiga tradisi sekaligus: badewa sebagai, upacara pengobatan tradisional, wayang dan tari topeng pantul. 


Untuk melakukannya diperlukan media khusus yang menghubungkan dengan orang halus. Salah satu media itu adalah mayang yang diambil dari pohon pinang.  Mayang digantung dengan ketinggian sekitar 2 meter pada sore hari. Kemudian upacara Tuping Bawayang dilakukan malam hari. Upacara dimulai dengan batatabur (mengundang makhluk halus) baik yang tinggal di pegunungan, sungai, taluk dan tanjung. Salah satu tokoh orang halus yang diundang adalah Semar Sakti, kepadanya diminta untuk mengundang yang lain apabila nama mereka tidak disebutkan.

Beberapa waktu lalu tuping bawayang dilaksanakan di desa Kabuau, Kecamatan Kutipan, Batola. H. Idrus, pemimpin acara badewa sekaligus memimpin tuping bawayang, membaca mantra batatabur:...... :
Assalamu alaikum abu basar
Assalamu alaikum abu basir
Assalamu alaikum alias
Assalamu alaikum alyasa
Assalamu alaikum bandar saleh…


Ditemui di rumahnya Jl. Aria Pujangga Nomor 44 Berangas Timur Barito Kuala, Rabu (19/05) selepas shalat magrib. Ia mengaku kesulitan membacakan keseluruhan mantra batatabur, kecuali saat upacara dilakukan dan memakan waktu setengah jam.  Menurutnya, mayang itulah tempat orang halus yang diundang berdiam diri. Selesai upacara batatabur para peserta badewa mengelilingi lokasi. Ketika ada yang hilap (kerasukan) akan segera mendatangi mayang untuk bergelantungan. Kadang-kadang beberapa orang bergelantungan di mayang, sambil berputar-putar. Konon bergelantungan di mayang dapat menambah kesaktian mereka karena telah kerasukan makhluk halus.


Masyarakat dapat menanyakan penyakit yang diderita kepada mereka yang bergantungan di mayang. Bagi yang kerasukan dapat menyebutkan penyakit yang diderita warga. Dari situlah diketahui berbagai macam penyakit dan cara menghilangkan dengan perantaraan seorang yang mengobati dalam badewa disebut tabit.



Gantung Sarindit
Bagi peserta badewa terutama pemula, dapat mengalami keadaan gantung sarindit, yakni kepala ke bawah dan kaki ke atas yang menempel di mayang. Dalam keadaan demikian, tubuhnya berputar kencang. Hanya sedikit orang yang mengalami posisi gantung sarindit dan biasanya berdampak baik, memiliki kemampuan mengobati orang lain. Namun, gantung sarindit dapat bermakna lain. Biasanya orang yang kena guna-guna dengan cara fotonya digantung sehingga mengalami sakit gila. Oleh H. Idrus atau sehari-hari dipanggil Pa Rudi, ada delapan macam sakit gila. Dalam badewa, pengobatan penyakit gila dari nomor satu dan tujuh dapat diupayakan, tapi tidak untuk sakit gila nomor delapan.

Dapatkan versi cetak di Tabloid Urbana edisi XXI beredar hari Senin, 24 May 2010


Jenis-jenis Gila versi H. Idrus




  1. Gila keturunan. Terjadi karena leluhurnya memiliki peliharaan makhluk halus yang lama tidak diberi makan atau sesajen. Akibatnya makhluk halus itu mengganggu anak cucu orang yang memeliharanya.
  2. Gila karena perbuatan (guna-guna). Biasanya diawali kena palasit karena terlalu sering akhirnya diserang oleh parangmaya.
  3. Kualat. Terjadi pada orang yang durhaka pada kedua orang tuanya. Cara menyembuhkannya hanya orang tuanya sendiri. Fungsi tabit hanya membantu mengajarkan cara-cara melakukan pengobatan.
  4. Gila Seks. Bagi suami istri kadang ada salah satu pihak yang libidonya tinggi. Akibatnya, terjadi ketidak-seimbangan dalam berhubungan, sehingga timbol ketidakharmonisan dalam hubungan suami istri. 
  5. Gila Cinta terpendam. Biasanya terjadi pada orang yang pendiam. Dia tidak mau curhat kepada orang lain, sehingga tidak dapat berbagi dan menanggung derita sendiri.
  6. Gila Uri. Seorang ibu yang melahirkan tertinggal uri di dalam perut sehingga menimbulkan sakit.
  7. Gila karena cita-cita tinggi. Orang seperti ini biasanya memiliki cita-cita yang tinggi, tapi hanya berdiam diri atau tidak mau berusaha. Akibatnya kecewa karena keinginan tidak kesampaian.
  8. Gila “obat”. Sakit gila nomor delapan ini tidak bisa diobati dalam upacara badewa sebab penyakitnya berbeda karena mengonsumsi obat-obatan terlarang. 

Komentar

Postingan Populer