RESENSI BUKU LIANG SARAGI, Semuanya karena Cinta....
Judul buku : LIANG
SARAGI, Semuanya karena Cinta....
Penulis : Syamsuddin
Rudiannoor
Katagori : Legenda
Daerah Kalimantan Tengah (Barito Timur)
Penerbit
: Barito Raya Pro Buntok bekerjasama dengan Penerbit WR Yogyakarta
Jumlah halaman : 252 halaman
Harga jual: Rp.
70.000,-
Kualitas cetak: Offset
diatas kertas HVS 70 gram
Tahun Penerbitan: Cetakan
I Juli 2013
Lokasi Pemasaran: Barsel
Promo, Jalan Panglima Batur Nomor 7 Buntok
Kontak telepon/sms: 0813 4960 6504
Buku legenda “LIANG
SARAGI, Semuanya karena Cinta”, merupakan kisah cinta tragis dan legendaris
yang berasal dari Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Buku
ditulis oleh Syamsuddin Rudiannoor pada tahun 1996.
Lokasi kejadian yang
digambarkan “Liang Saragi” adalah perkampungan Tudan Tarung yang apabila
dilihat dengan kacamata saat ini berada dalam wilayah administrasi Kecamatan
Awang kabupaten Barito Timur.
Kisah bermula ketika
Raja Tudan Tarung yang bernama Dambung Datu Tatan sakit keras dan meninggal
dunia. Dengan peristiwa ini otomatis tahta kepemimpinan diwarisi oleh anaknya
yang bejat moralnya bernama Dambung Gamiluk Langit.
Singkat kata, Raja
Dambung Gamiluk Langit akhirnya mengawinkan putrinya bernama Putri Lingga Wulan
Layu dengan Maju Ranang Mea padahal Maju Ranang Mea adalah juga anak kandungnya
yang merupakan hasil selingkuhnya dengan Dara Layang Winei.
Proses perkawinan
sedarah ini dilakukan oleh Raja Dambung Gamiluk Langit dengan mengorbankan
Saragi Nanta kekasih hati putrinya tercinta. Perkawinan paksa dilakukan dengan
cara yang sangat licik. Saragi Nanta adalah putra tunggal Wadian Wawei Dara
Mauruwe yang selama ini merupakan dukun kerajaan yang sangat terpercaya.
Pesta pernikahan
kerajaan yang digelar raja Dambung Gamiluk Langit ternyata berbuah petaka.
Perkawinan sedarah ini justru mengundang rume atau kiamat lokal yang
mengakibatkan kemusnahan Tudan Tarung secara total. Guntur petir menyambar
balai pernikahan yang meriah. Hujan deras membasahi seluruh kampung dan penghuninya.
Akhirnya kampung beradab itu terkutuk menjadi batu. Bekas-bekas perkampungan
inilah yang kemudian dikenal sebagai LIANG SARAGI.
Komentar