Ineh Payung Gunting
oleh Syamsuddin Rudiannoor, S.Sos Pada awalnya, dalam adat suku Dayak Ma’anyan umumnya dan Suku Bawo khususnya, Wadian digunakan sebagai media pengobatan atau penyembuhan dari segala penyakit. Para pelaku wadian dianggap mempunyai kekuatan spiritual yang luar biasa. Kekuatan tersebut identik dengan kekuatan fisik laki-laki sehingga terbentuklah pandangan bahwa dunia wadian adalah milik laki-laki. Wadian laki-laki inilah yang dikenal dengan Wadian Bawo. Kondisi tersebut terus berlangsung selama perjalanan kehidupan suku Bawo sampai pada suatu ketika terjadi pendobrakan dominasi laki-laki dengan munculnya seorang perempuan bernama Diang Dara Sangkuai Ulu. Perempuan ini dianugerahi kekuatan dan keterampilan wadian oleh seorang Dewi cantik dari Gunung Paramatun yang bernama Ineh Payung Gunting. Pada awal penampakannya Ineh Payung Gunting berwujud seekor burung elang. Ineh Payung Gunting sangat tertarik dengan Diang Dara Sangkuai Ulu yang rajin mencermati setiap gerak-gerik ular. Akhirnya